02 August 2009

KARAT

aku tidak bisa mencium wangi darah dalam kata katamu
apalagi yang terlihat,
kalau cuma onggokan keindahan
rima rima sorakan
bertumpuk dan jatuh
meretak mati ke tanah

dunia ini bukan cuma etalase
tempat untuk pamerkan warna warnimu
atau panggung
area pentas sumpah serapah

seribu kerumun,
melekat di yang pucat
dan darah sudah berkarat
sekali lagi,
sekali lagi!
sekali lagi ayunkan kelucuan ini

terlalu tanggung
untuk matahari yang telah mati

01 August 2009

terjun

untuk kesekian kalinya, halaman halaman kertas dan pulpen menjadi suatu jurang gelap yang tak begitu saya kenal, dan saya sedang berdiri di ujungnya, selangkah maju, lalu dua langkah mundur. ada sesuatu dalam diri saya yang memberi komando untuk langkah langkah yang tak begitu saya mampu prediksi. adalah satu usaha untuk sampai ke tepian jurang, namun untuk terjun--mengalami jurang itu--adalah suatu yang lain lagi.

entahlah, sepertinya menulis adalah sebuah analogi hidup saya. lihat saja, sampai say amenuliskan kalimat ini, tangan saya bergerak ragu, otak saya memancarkan kata yang putus putus, mencoba menangkap sinyal sinyal tak terjelaskan, dalam suatu perasaan yang selalu mengalir. mengalir dalam kebingungan arusnya. jujur saja, atas segala hal yang telah terjadi dan menjadi, hidup rasanya masih saja mengawang awang. ia selalu ada seperti udara, dan menjadi tiada saat saya coba menggenggamnya. bahkan di titik tulisan saya saat ini, saya berloncatan keluar dari keinginan awal saya. ada yang membelokkan arah yang telah saya pasang dalam kepala saya, meluncurkannya keluar, menghadirkan saya pada suatu jalan asing yang ternyata dulu pernah saya bangun sendiri. setelah tiba di jalan itu, saya merasa ragu dan ogah menoleh ke belakang, ke tempat tempat yang pernah saya lintasi. saya tidak mau tolehan saya itu membuyarkan jalan yang sedang saya lewati saat ini. dan di saat yang sama, saya menatap lelah ke depan, ke jalan jalan yang belum saya ketahui.

astaga, betapa absurdnya hidup saya. telah berapa banyak absurditas absurditas yang saya ketahui muncul dalam hidup orang lain, tapi menjadi sebenar benarnya absurd saat menghinggapi diri saya.

anjing, pada titik ini saya menajdi ketakutan. saya takut tiap huruf dan tanda baca yang saya susun akan membawa saya ke tempat baru yang akan membongkar hal-hal yang tak terungkapkan dalam diri saya selama ini--atau hal hal yang selalu saya injak sampai remuk di bawah kaki saya. hal hal yang saya tidak inginkan untuk menemui bentuknya. aaagh!! saya merasa perih. tiap huruf yang saya letakkan dalam kertas rasanya seperti pisau yang menyayat nyayat daging. setiap kali saya menulis satu kata, diri saya menolak. ada perasaan tidak enak yang menjalari tubuh ini. tidak nyaman. yah, tidak nyaman. diri saya seketika membentuk pertahanan, memblokade perasaan perasaan yang sebelumnya menderas, membuang perbendaharaan kata kata yang selama ini saya miliki, dan meninggalkan saya dengan tangan yang terhenti kaku. mengaktifkan perasaan sampingan yang selama ini setia menjalankan tugasnya untuk mengeluh.

bangsat. saya tidak tau mau menuliskan apalagi. hanya sumpah serapah yang menetas dalam kepala saya, menyoraki diri saya yang untuk kesekian kali menjatuhkan batu besar yang sebelumnya telah sekian kali juga saya angkat, saya dorong dorong ke puncak.
"kamu pengecut, kamu memang pengecut!!"

di titik ini oksigen kabur tanpa permisi dari otak saya. pusing