25 July 2009

urai

selama ini aku mencoba memahami diriku, dengan mengupas lapisan-lapisan yang ada. mengulitinya, mencoba untuk mrndapatkan sebuah inti yang dapat menjadi tumpuan pemahamanku. dan lapisan-lapisan itu hanyalah sesuatu yang bisa tumbuh dan terlepas kapan saja, hanya serangkaian perpanjangan diri.

diri, adalah suatu yang misterius. ia seperti sebuah harta karun, seperti sebuah jawaban, yang menunggu di suatu letak dan masa yang tak terketahui, teronggok disana menunggu untuk ditemui suatu waktu.

ternyata tidak.

saat aku mencoba mengurai lapisan-lapisan itu, mengulitinya satu persatu, menanti untuk menemukan suatu inti, ternyata lapisan-lapisan itu terus ada, sampai pada satu titik, suatu ketiadaan muncul setelah kupasan terakhir.

dan lapisan-lapisan yang terjatuh berserakan, beserta ketiadaan tersebut, itulah diriku !!
tak ada inti, tak ada yang menunggu untuk ditemukan. tak ada onggokan inti yang selanjutnya menentukan lapisan-lapisan itu.

dari awal, saat aku terpaksa dilahirkan di dunia ini, semua awal adalah ketiadaan.
ketiadaan yang selanjutnya melapisi dirinya sendiri terus menerus, membentuk lapisan-lapisan itu dari setiap momen dan pemahaman hidupku, menciptakan suatu ke-ada-an; ke-ada-an yang akan melapisi lapisan-lapisannya lagi.

manusia ada sebagaimana ia menjadikan dirinya sendiri.

ke-ada-an manusia adalah lapisan-lapisan yang ia bentuk dari ketiadaannya.