11 April 2010

ambang

Ada anjing berlari gelisah dalam tengkorak. Mendesah geram, liurnya tumpah membanjiri kerongkongan. Gonggongan resah mengaduk aduk udara malam, napas bau tanah kemarau. Cakar mengais-ngais, mencari, tanpa tahu dibawah hanya pusaran angin. Terkikislah gelap yang makin membiru. Memar lebam telak sungsang. Terhajar celah-celah yang haus darah segar, menyisakan nanah kosong kental berlendir. Anjing !! Ia mengerumuni kepalaku lagi, dari ubun-ubun sampai rahang, merambati rupa semak belukar. Seperti semut-semut yang tak peduli. Seperti tikus-tikus tak tahu malu. Seperti belatung yang nongol sendiri. Seperti kebijakanmu yang menggerogoti. Menghisap tengkorakku sampai semuanya menjadi tulang rawan. Hisap lagi sampai jadi daging kelapa muda. Hisap lagi, hisap sampai jadi lendir kuning kering mengerak dalam bawah sadar. Mengasapi saraf, membuatnya jadi rendang basah. Dan anjingpun memangsanya dengan gembira, setelah gelisah berlari dalam tengkorak, setelah mendesah geram sampai liurnya banjir di kerongkongan, setelah menggonggong, mencakar, mengais-ngais. Terkikis

0 komen: